Beranda | Artikel
Silsilah Syarah Kitab Tauhid. Bagian 9
Jumat, 23 Januari 2015

quran3

9. Rangkuman Isi Mukadimah

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah pada bagian awal kitab ini telah membawakan ayat, atsar, dan hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun ayat pertama yang beliau bawakan dari surat Adz-Dzariyat ayat 56 berisi hikmah penciptaan jin dan manusia, yaitu untuk beribadah. Ibadah tidak bisa terwujud kecuali dengan mengingkari sesembahan selain Allah. Oleh sebab itu beliau membawakan ayat berikutnya dalam surat An-Nahl ayat 36.

Kemudian beliau bawakan ayat dalam surat Al-Israa’ ayat 23 tentang perintah untuk beribadah kepada Allah semata. Setelah itu beliau bawakan ayat dalam surat An-Nisaa’ ayat 36 tentang perintah beribadah kepada Allah dan larangan mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun. Hal ini menunjukkan, bahwa ibadah kepada Allah harus bersih dari syirik. Ini juga memberikan faidah bahwa hakikat tauhid adalah beribadah kepada Allah dan meninggalkan syirik.

Kemudian, beliau membawakan firman Allah dalam surat Al-An’am ayat 151 mengenai wasiat-wasiat Allah dan yang paling utama adalah wasiat untuk tidak berbuat syirik, dan ini menunjukkan bahwa syirik adalah keharaman terbesar. Setelah itu beliau membawakan atsar/riwayat dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu yang menegaskan keutamaan isi wasiat dalam surat Al-An’am tersebut. Di akhir mukadimah ini beliau membawakan hadits dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu yang menunjukkan besarnya kedudukan tauhid, bahwa tauhid adalah hak Allah atas setiap hamba dan ia menjadi sebab untuk selamat dari azab Allah ta’ala.

Diantara faidah paling utama dari bab/mukadimah ini bahwa hakikat ibadah kepada Allah adalah dengan mentauhidkan-Nya. Tidaklah bermanfaat ibadah yang dibarengi dengan syirik. Oleh sebab itu segenap rasul diutus oleh Allah untuk mendakwahkan tauhid ibadah; yaitu agar mereka beribadah kepada Allah semata dan menjauhi segala sesembahan selain-Nya. Hal ini juga menunjukkan kepada kita bahwa para rasul tidak diutus untuk mendakwahkan tauhid rububiyah, karena kaum musyrikin tidaklah mengingkari tauhid rububiyah. Selain itu semata-mata tauhid rububiyah belum bisa memasukkan ke dalam agama Islam (lihat keterangan Syaikh Shalih Al-Fauzan dalam I’anatul Mustafid bi Syarhi Kitab At-Tauhid, 1/69-71)

Faidah lain yang bisa kita petik dari ayat pertama yang beliau bawakan -dalam Adz-Dzariyat ayat 56- adalah bahwa hikmah diciptakannya jin dan manusia ialah untuk beribadah, bukan untuk bersenang-senang dengan berbagai jenis makanan, minuman, dan pasangan (lihat keterangan Syaikh Al-‘Utsaimin dalam Al-Qaul Al-Mufid, 1/26)

Hakikat beribadah kepada Allah adalah dengan melaksanakan apa-apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa-apa yang dilarang. Inilah hakikat dari agama Islam. Karena makna Islam itu adalah kepasrahan kepada Allah yang mengandung puncak kepatuhan, perendahan diri, dan ketundukan (lihat keterangan Imam Ibnu Katsir yang dinukil dalam Fathul Majid, hal. 17-18)

Ibadah kepada Allah -dengan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan- ini ditegakkan di atas tauhid. Setiap ibadah yang tidak disertai dengan tauhid maka itu bukanlah ibadah. Semua ibadah yang tidak tegak di atas tauhid maka itu adalah batil/sia-sia. Ibadah yang tegak di atas tauhid ini adalah ibadah yang ditujukan kepada Allah semata dan menjauhi segala sesembahan selain-Nya. Oleh sebab itu ibadah kepada Allah pun tidak diterima tanpa sikap berlepas diri dari thaghut/sesembahan selain Allah (lihat Al-Qaul Al-Mufid, 1/26-27)

Tauhid ini telah tercermin dalam kalimat syahadat laa ilaha illallah wa anna Muhammadar rasulullah. Sebab, makna dari laa ilaha illallah adalah tiada yang berhak disembah selain Allah. Dan makna syahadat Muhammad rasulullah adalah tidak ada ibadah kecuali dengan apa-apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tauhid inilah yang menjadi kunci untuk masuk ke dalam Islam sekaligus menjadi kunci masuk ke dalam surga selama tidak dirusak dengan hal-hal yang bisa membatalkannya (lihat Minhaj Al-Firqah An-Najiyah, hal. 32)

Oleh sebab itulah akidah/tauhid dalam agama Islam ini bagaikan kepala bagi jasad. Sehingga menjadi sebuah kekeliruan apabila perkara akidah dan tauhid ini dikesampingkan dengan alasan karena ingin fokus berjuang menegakkan daulah islam, menerapkan syari’at, atau mewujudkan persatuan ala sufiyah. Padahal, penegakan hukum syari’at, hudud, tegaknya negara Islam, menjauhi hal-hal yang diharamkan serta melakukan yang wajib-wajib -ini semuanya- adalah bagian dari hak-hak tauhid dan penyempurna atasnya. Sementara itu adalah perkara yang mengikuti/sesudah perkara tauhid. Lantas, mengapa lebih memperhatikan perkara yang bersifat mengikuti/pendukung sementara masalah pokoknya justru diabaikan? (lihar keterangan Syakh Shalih Al-Fauzan dalam mukadimah kitab Manhajul Anbiya’ fi Ad-Da’wah ila Allah, hal. 10-11)

Sebagian manusia di masa kini -dan yang lebih memprihatinkan bahwa sebagian mereka itu adalah dari kalangan pencari ilmu dan da’i- tidak punya perhatian besar terhadap masalah akidah/tauhid. Mereka mengatakan bahwa memulai dakwah dengan tauhid akan membuat lari manusia, jangan kalian membuat orang lari. Sehingga menurut mereka tidak usah diajarkan masalah akidah, biarkan setiap orang dengan akidahnya masing-masing. Ajak saja mereka untuk saling bersaudara/menjalin ukhuwah dan bekerjasama, ajak kepada persatuan. Demikian seruan mereka. Ini adalah kontradiktif. Sebab tidak mungkin terjalin ukhuwah, kerjasama dan persatuan kecuali di atas akidah sahihah. Kalau tidak demikian niscaya terjadi perselisihan dan masing-masing golongan hanya akan membela apa-apa yang mereka yakini (lihat Mazhahir Dha’fil ‘Aqidah, hal. 14)

Kesimpulan :

  • Tauhid adalah tujuan penciptaan jin dan manusia
  • Tauhid bermakna beribadah kepada Allah dan meninggalkan syirik
  • Ibadah kepada Allah tidak diterima tanpa tauhid
  • Ibadah kepada Allah tidak diterima jika disertai dengan syirik
  • Ibadah akan diterima jika disertai sikap mengingkari peribadatan kepada selain Allah
  • Tauhid adalah misi utama para rasul dan penerus perjuangan dakwah mereka
  • Tauhid merupakan asas perbaikan umat serta pondasi persatuan dan persaudaraan
  • Tauhid adalah perkara paling pokok dalam agama Islam. Sebab tauhid inilah kandungan dari kalimat syahadat laa ilaha illallah; rukun Islam yang pertama
  • Tauhid merupakan sebab keselamatan dari adzab Allah

10425476_1590346074517648_7181355556619012070_n

Baca Juga :

> Silsilah Syarah Kitab Tauhid. Bagian 8 : di sini

> Silsilah Syarah Kitab Tauhid. Bagian 7 : di sini

> Silsilah Syarah Kitab Tauhid. Bagian 6 : di sini

> Silsilah Syarah Kitab Tauhid. Bagian 5 : di sini

> Silsilah Syarah Kitab Tauhid. Bagian 4 : di sini

> Silsilah Syarah Kitab Tauhid. Bagian 3 : di sini

> Silsilah Syarah Kitab Tauhid. Bagian 2 : di sini

> Silsilah Syarah Kitab Tauhid. Bagian 1 : di sini


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/silsilah-syarah-kitab-tauhid-bagian-9/